banner

Jalin koneksi insyaallah akan menambah rezeki DDDDDD heri_eternity@yahoo.co.id / heri.widiyantoro@gmail.com Telp./WA. 081234115971

Cari disini

Jumat, 29 Juni 2012

SERTIFIKASI GURU TERANCAM DICABUT



 

JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud dinilai telah berhasil meningkatkan kesejahteraan para pendidik. Para guru yang lulus ujian sertifikasi dipastikan akan mendapat tunjangan profesi. Namun, guru bersertifikat ternyata belum tentu berkualitas. Karena itu, mulai tahun ini, pemerintah akan segera memberlakukan pengukuran kinerja guru bersertifikat.

"Kami memang belum melakukan pengukuran secara utuh kinerja guru. Untuk itu, saat ini kita sedang mempersiapkan pengukuran kinerja-kinerja dari guru-guru yang sudah disertifikasi,"jelas Mendikbud Muhammad Nuh ditemui usai raker bersama komisi X DPR di gedung DPR, Rabu (6/6).

Nuh menuturkan pihaknya menyiapkan beberapa instrumen untuk mengukur kinerja para guru yang sudah lulus uji sertifikasi. Salah satu instrumen yang menjadi indikator penilaian adalah absentism atau ketidakhadiran. Menurut Mantan Menkominfo tersebut kehadiran guru sangat penting dan memiliki dampak jangka panjang bagi proses belajar mengajar.

"Bisa dibayangkan kalau satu minggu, dia absen satu mata pelajaran. Dalam sebulan, dia bisa absen empat jam. Hal itu akan merusak suasana sekolah, guru absen, anak tidak ada yang mengajar. Akhirnya mereka bisa lepas kendali. Absensi itu hal yang pokok,"jelasnya.

Mantan Rektor ITS tersebut melanjutkan, pengukuran kinerja tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Dia mengungkapkan, dalam satu sekolah, meski para gurunya memiliki sertifikat, kualitas tiap kelas berbeda.

"Nilai anak kelas A lebih baik dari kelas B. Padahal masing-masing gurunya sama-sama dapat tunjangan sertifikasi. Karena itu, pengukuran ini perlu. Dari sini, kita juga bisa mengukur keterlibatan guru dalam kegiatan ekskul maupun berapat banyak guru yang melakukan pendampingan,"urainya.

Untuk itu, Nuh memaparkan pihaknya tidak segan-segan menindak para guru bersertifikat yang kinerjanya ternyata tidak baik. Dia sempat menyinggung soal tunjangan profesi. Tidak menutup kemungkinan, pemerintah akan mencabut tunjangan profesi guru yang bersangkutan. "Saya bisa kasih tunjangan atau tidak ada tunjangan,"imbuh dia.

Ketika ditanya soal kemungkinan pengadaan mesin finger print untuk absensi guru, Nuh mengatakan telah mengantisipasi hal tersebut. Dia memastikan, meski pengukuran kinerja menyangkut soal absensi, tidak perlu sampai mengadakan mesin absensi tersebut.

"Nanti kalau mau melakukan pengukuran kinerja dari absensi, lalu dihubung-hubungkan dengan pengadaan mesin finger print. Padahal tidak, kalau orang mau ngukur absensi guru kan bisa dilakukan dari siswa dan kepala sekolahnya, tidak perlu sampai harus punya mesin finger print,"jelasnya.

Selain pengukuran kinerja, bulan Juli mendatang pemerintah akan menggelar uji ulang bagi guru yang sudah bersertifikat atau lulus sertifikasi. Hal itu untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan guru pascasertifikasi. Uji ulang tersebut juga menjadi sarana untuk membangung kesadaran para guru untuk terus meningkatkan diri. Menurut rencana sebanyak 1.020.000 guru akan dites ulang sebagai konsekuensi atas peningkatan kualitas mengajar setelah mendapat pendapatan tambahan dari tunjangan profesi.
 
Sumber

Kamis, 21 Juni 2012

Fisika oh Fisika


Belajar Fisika

Kemarin ada teman yang tanya, gurumuda kasih dong tips belajar fisika yang asyik… diriku bingung harus menjawab apa. He2… setelah bertapa di gua selama dua minggu, akhirnya muncul ide untuk menulis topic ini. Biar kalo ada yang tanya lagi, bisa diredirect ke halaman ini… sampai saat ini belum ada cara asyik lain untuk belajar fisika. Jadi yang gurumuda tahu cuma ini, mungkin setelah bertapa lagi  baru ada gagasan baru  Sebelum melanjutkan ke inti persoalan, maaf jika terkesan menggurui… kita sama-sama saling belajar dan saling berbagi. Ini Cuma sharing pengetahuan dan pengalaman saja, setelah sempat bertapa selama dua minggu kemarin  Kalau punya kelebihan ilmu dan pengalaman, alangkah baiknya jika dibagikan juga kepada gurumuda… lumayan bisa menambah wawasan… maklum masih guru bocah alias balita.. oke, kembali ke laptop.

Masih basah dalam ingatanku (oh, puitisnya.. hiks2…  ) pertama kali menikmati tempe goreng di flores. Seumur hidup belum pernah makan tempe, tiba-tiba disodorkan makanan asing… kebetulan waktu itu tinggal di asrama sekolah (masih SMA), jadi urusan kampung tengah ditangani oleh karyawan/I asrama. Tempe tersebut hanya digoreng saja… kata orang bijak, kesan pertama itu menentukan. Setelah menikmati tempe yang hanya digoreng saja (tanpa bumbu penyedap), tempe langsung masuk dalam kategori makanan yang diblack list. He2… setelah datang di yogya, seorang teman mengajak makan malam. Ngajak makan nasi tempe penyet… enak lho bro, katanya… emang di flores ada tempe gak ? enak apanya… maklum, waktu itu saja tidak terlalu menyukai tempe. Setelah menikmati tempe malam itu, kesan saya berubah. Ternyata tempe enak juga ya… Tempe sama, tapi rasanya beda ya… ketika dimasak karyawan/I asrama, tempe terasa hambar. Ketika dimasak oleh orang ibu pemilik warung sebelah kos2an, tempe terasa lezat… ternyata perbedaannya terletak pada bumbu penyedap dan cara mengolah tempe tersebut… kisah ini punya kemiripan dengan ilmu fisika… jadi sebenarnya persoalan utamanya terletak pada cara kita mengolah, memberikan bumbu penyedap secukupnya dan bagaimana cara kita menyajikannya kepada para siswa… dari dulu sampai sekarang, hukum newton tidak pernah berubah, demikian juga impuls dan momentum dan kawan-kawan… tapi kalau impuls dan momentum cuma “digoreng” saja, siswa bisa langsung memblack list pelajaran fisika. He2… sebagai seorang guru, setiap pokok bahasan fisika perlu diberi bumbu penyedap dan disajikan dengan penuh kasih sayang sehingga siswa langsung jatuh cinta dan selalu merindukan kelezatan ilmu fisika
Cara asyik yang gurumuda pakai dalam menyajikan ilmu fisika di blog ini sebenarnya merupakan cara alami… berikut ini beberapa tips yang gurumuda pakai :

Kesan pertama itu menentukan….
Teman-teman di jurusan psikologi mengatakan kesan pertama itu menentukan… seseorang langsung menyukai kita atau bisa membenci kita pada detik pertama pada pandangan pertama…. Kalau kita tersenyum, kemungkinan besar orang tersebut tersenyum kepada kita, tapi kalau kita tampak cuek bebek  dan menatap penuh kebencian, bisa dipastikan orang tersebut langsung mempunyai kesan yang negative dengan kita… ilmu ini bisa kita terapkan dalam pembelajaran fisika. Alangkah baiknya jika kita mengawali pembelajaran fisika, baik secara langsung (di kelas) maupun secara tidak langsung (melalui tulisan, seperti yang gurumuda lakukan) dengan hal-hal yang menyenangkan… jangan belum apa-apa sudah dikasih rumus, latihan soal… siswa bisa langsung lemas tak berdaya… wah, rumus lagi, rumus lagi… CaPeDe… he2… mungkin mereka tampak serius mendengarkan kita, tapi dalam hati mereka mungkin jengkel dan bete… ih, sebel banget deh sama gurunya… gak ngerti banget sama perasaan muridnya.  Hiks2…

Pancing rasa penasaran dan ingin tahu…

Pada dasarnya manusia punya rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang tinggi… apalagi anak-anak dan remaja… rasa penasaran dan ingin tahu ini bisa bersifat positif atau negative. He2… tau aja… Nah, alangkah baiknya jika kita manfaatkan habis-habisan salah satu kelemahan dan kekuatan manusia ini dalam pembelajaran fisika. Karena gurumuda seorang blogger maka teknik ini diterapkan pada awal tulisan. Kalau pembelajaran dilakukan secara langsung (di kelas), sebaiknya diterapkan pada awal pembelajaran… Pada dasarnya ilmu fisika itu dekat dengan kehidupan kita. Karenanya bangkitkan saja rasa ingin tahu siswa dengan mempertanyakan fenomena alam atau penerapan teknologi yang punya kaitan dengan materi yang dipelajari… bikin siswa penasaran di situ…

Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang singa jangan berkokok…
Bagian ini sebenarnya berkaitan dengan bahasa kita gunakan. Bagi teman-teman guru yang masih bocah, tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa gaulnya para siswa… perbedaan usia belum terlalu jauh sehingga bisa terapkan teknik ini… nanti bisa diberi gelar guru gaul abiz oleh para siswa… he2… btw, tergantung juga kharakter seseorang. Kalau kocak seperti gurumuda, ya tidak menjadi masalah jika berbicara dengan siswa dengan bahasanya mereka, bahasa para remaja…

Gunakan bahasa yang sederhana…
Tujuan utama dari sebuah komunikasi adalah pembicara dan lawan bicara memahami apa yang dibicarakan. Gunakan bahasa yang sederhana dalam setiap pembelajaran, jangan gunakan bahasa yang “tinggi”… implementasi, analogi, eksistensi dkk sebaiknya ditiadakan… serahkan saja urusan bahasa kepada guru bahasa Indonesia. Tujuan kita di kelas adalah siswa paham materi fisika yang dipelajari… Tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa yang “tinggi” tapi sebaiknya diartikan juga, biar siswa paham… ingat bahwa kita sedang berhadapan dengan siswa SMA yang masih remaja, bukan seorang professor…

Penurunan rumus harus terperinci…
Tahapan penurunan rumus harus dipaparkan secara jelas… setelah A, lanjut ke B.. setelah B lanjut ke C. setelah C, lanjut ke D… dan seterusnya… Jangan setelah C langsung ke F… kalau siswa yang daya tangkapnya cepat bisa langsung paham, tapi siswa yang daya tangkapnya tidak terlalu cepat bisa macet di sini.

Tidak ada bayi yang baru lahir langsung lari…
 
Biasanya bayi yang baru lahir cuma bisa tidur pasrah… makan disuapin, minum apalagi… setelah puas tidur, bayi biasanya duduk… setelah duduk, bayi merangkak, lalu berdiri. Setelah bisa berdiri, bayi mulai jalan-jalan. Tahap yang terakhir adalah lari… ini adalah proses alamiah dilewati manusia, mulai yang mudah dulu baru sulit… Kalau bayi baru bisa duduk, kemudian dipaksa lari, ntar bayinya bisa stress… ih, ibu, bikin sebel saja. Malas jalan ah… khan repot, sudah cape2, bayinya lumpuh…

Proses alamiah ini sebaiknya kita gunakan juga dalam pembelajaran fisika di kelas… berikan contoh soal yang mudah dulu, baru soal yang sulit… jangan belum apa-apa sudah dikasih soal yang sulit. Ini sama saja kita memaksa siswa untuk “lari”… siswa pasti bĂȘte abiz… syukur kalau siswa tidak membenci fisika hanya karena kelalaian ini. Seperti bayi tadi, siswa juga perlu melewati proses alamiah itu… berikanlah soal yang mudah dulu… setelah terbiasa dengan soal yang mudah, baru dilanjutkan ke soal yang sulit.. jadi pertahap. Gunakan angka-angka yang mudah, seperti 1, 2, 4. Ganti g = 9,8 m/s2 dengan g = 10 m/s2… para perancang game juga tahu hal ini. Kalau kita maen game, biasanya mulai dari level 1, setelah itu level 2, level 3 dan seterusnya…


Gunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa
Dalam menjelaskan materi tertentu, alangkah baiknya jika kita gunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa. Misalnya ketika menjelaskan konsep torsi alias momen gaya, gunakan saja pintu rumah… semua siswa tahu pintu rumah. Kalau kita mengajar orang flores, jangan gunakan contoh kereta api, karena di flores tidak ada kereta api. Ntar siswanya pada gak nyambung… Ini hanya beberapa contoh saja…

 Cuma ini saja beberapa sharing dari gurumuda. Punya tambahan ?


Senin, 18 Juni 2012

Makalah TQM

Gratis untuk diunduh. Link ibadah: LPYP


IMPLEMENTASI TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
* Heri Widiyantoro 
NIM. Q.100.110.202 - PASCA UMS


I.  LATARBELAKANG
Menurut sejarah, Frederick Taylor (seorang Amerika) yang sekaligus diakui sebagai bapak manajemen, pada tahun 1920-an, mencetuskan gerakan Total Quality Management (TQM). Kemudian pada tahun 1950 secara gencar Jepang mengembangkan TQM untuk memperbaiki dan membangkitkan perekonomiannya, setelah W. Edwards Deming mengajarkan salah satu penekanan dalam TQM, yaitu kualitas kepada para ilmuwan, insinyur dan eksekutif perusahaan Jepang. Sejak tahun 1980-an TQM mulai sangat populer di dunia bisnis. Boleh dikatakan bahwa, TQM lahir di Amerika Serikat kemudian dibesarkan di Jepang yang selanjutnya berkembang di Amerika Utara dan Eropa.

Jepang meyakini bahwa, kunci pokok perusahaan-perusahaannya adalah kualitas produknya. Oleh karena itu, secara terus menerus perusahaan-perusahaan tersebut berusaha menciptakan infrastruktur sebagai dasar tercapainya kualitas, yaitu aspek manusia, proses dan fasilitas. Selain itu, Jepang juga mengirimkan para ahlinya ke luar negeri. Kenyataan menunjukkan bahwa, barang-barang produk Jepang bisa melampaui kualitas yang diproduksi oleh negara barat, sehingga volume ekspor industri Jepang sangat drastis peningkatannya.

Total Quality Management (TQM) atau dengan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia “Manajemen Kualitas Terpadu”, merupakan konsep yang mengutamakan kualitas/mutu,  tidak hanya diterapkan dalam dunia bisnis atau industri, tetapi akhir-akhir ini juga telah diterapkan dalam dunia pedidikan. “Customers’ satisfaction oriented”, melalui optimalisasi dan aspek-aspek manajemen inilah yang menjadi obsesi dalam penerapan TQM, sehingga pelanggan (costumer) akan merasa puas dengan kualitas produk/jasa yang dihasilkan.

Memasuki era otonomi yang baru, setiap sekolah baik swasta maupun negeri diharapkan untuk bisa mandiri dan mampu untuk menggali potensi yang ada di dalam sekolahnya. Suatu tantangan yang patut mendapat respon dari pihak penyelenggara pendidikan negeri, agar di era otonomi mereka harus dapat mengoptimalkan kinerja tanpa ketergantungannya pada pemerintah. Pihak sekolah harus benar-benar menata kembali lembaga sekolah dengan manajemen modern dan profesional. Sekolah negeri harus benar-benar inovatif memberdayakan potensi sekolah di tengah masyarakat menampilkan produktivitas yang tinggi, sehingga ketergantungan tersebut bisa dikurangi.

Sekolah merupakan salah satu tumpuan untuk memperbaiki sumber daya manusia. Oleh karena itu, sekolah merupakan tempat utama dalam memperbaiki kualitas dan persiapan awal untuk menghadapi kompetisi yang ada pada zaman sekarang ini. Yaitu dengan cara menciptakan manajemen sekolah yang baik dan berkwalitas, karena manajemen sekolah adalah tempat untuk menciptakan kualitas dan keunggulan tersebut. Manajemen sekolah akan terlaksana jika didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan, integrasi dan kemauan yang tinggi. Dari sinilah penerapan TQM yang memprioritaskan kehandalan mutu dapat diterapkan dalam dunia pendidikan guna menghasilkan kwalitas pendidikan terbaik.


II.  RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat disajikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud TQM ?
2.      Bagaimana penerapan TQM di Sekolah ?

III.  TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah:
1.      Mengetahui pengertian TQM
2.      Mengetahui penerapan TQM di sekolah

IV.  PEMBAHASAN
A.      Pengertian TQM
Konsep manjemen mutu terpadu (TQM) telah dikembangkan oleh Amerika, W. Edwards Deming, setelah Perang Dunia II untuk meningkatkan mutu produksi barang-barang dan jasa. Konsep ini tidaklah ditangani secara serius oleh Orang Amerika,  sampai tahun 1950 Jepang mengadopsinya untuk menghidupkan industri dan bisnis setelah perang, kemudian sekitar tahun 1980 Jepang dapat mendominasi pasar dunia. Pada waktu itu pabrikan U.S. akhirnya mengakui model perakitan lini pabrik pada abad yang kesembilan belas adalah ketinggalan jaman untuk pasar ekonomi global yang modern.Konsep TQM dapat diaplikasikan pada dunia Pendidikan. Banyak pendidik percaya bahwa Konsep TQM Deming's menyediakan prinsip-prinsip untuk perubahan di bidang pendidikan. Di dalam artikel, " Revolusi mutu di dalam Pendidikan," Yohanes Bonstingmenguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percaya dapat merubah pendidikan. Iamenyebutnya " Empat pilar TQM ."
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output).
Tujuan utama Total Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan demikian, Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang akhirnya Koji Kobayashi, salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dilakukan saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming Prize di tahun 1974.
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity, dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses pelaksanaannya. Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potensi TQM yang luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda dan saling melengkapi dalam TQM.
1)      Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan hal-hal yang dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan dengan etika bisnis dan etika personal, etika dari individual SDM terhadap perusahaan dan sesama SDM.
2)      Integrity termasuk di dalamnya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan, dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen perusahaan terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang konsumen harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan nilai-nilai tersebut.
3)      Trust adalah kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.


B.     Penerapan TQM di sekolah
Keberhasilan penerapan TQM dalam dunia usaha/industri telah dijadikan inspirasi bagi perbaikan kualitas di sektor atau bidang lainnya, termasuk bidang pendidikan. Adopsi TQM di sektor industri, tidak jauh berbeda dengan apa yang diterapkan di bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan sekitar tahun 1980. Awal mulanya TQM dilaksanakan di perguruan tinggi, dan mulai mengalami perkembangan sekitar tahun 1990 di negara Inggris dan Amerika. Menurut Sallis, TQM dalam pendidikan adalah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan masa yang akan datang. Serupa dengan Sallis, Syafaruddin berpendapat bahwa: Manajemen mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar melahirkan lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan pelanggan pendidikan lainnya.
Lebih lanjut, Schargel menegaskan bahwa total quality education is a process which involves focusing on meeting and exceeding customer expectations, continuous improvement, sharing responsibilities with employees, and reducing scrap and rework (Syafaruddin, 2002:36). Mutu terpadu dalam pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggungjawab dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali (ulang).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikaji, bahwa TQM dalam bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan kebutuhan pelanggan pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara berkesinambungan terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga pendidikan, terutama bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan belajar-mengajar bagi siswa, dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf yang ada dalam suatu lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai organisasi dalam mencapai prestasi yang membanggakan tidaklah diperoleh dengan begitu saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya, diantaranya adalah sumber daya manusia yang handal,  fasilitas yang mendukung  dan sistem pengelolaan manjemen. Ketiga faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah pengelolaan manajemen sekolah, karena dengan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik, walaupun SDM yang tersedia dan fasilitas yang ada kurang memadai.
Konsep manajerial di sekolah dapat menggunakan konsep TQM yang dapat diterapkan dalam 3 hal yaitu dalam hal pembiayaan,  administrasi kurikulum dan proses belajar mengajar di kelas. Para ahli mengembangkan suatu model sederhana untuk mengimplementasikan TQM (Manajemen Mutu Terpadu) di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan
:
Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Prinsip
:
Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.
Elemen
:
Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.

Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip TQM yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)
- Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah)
Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa, begitu pula pada pelanggan eksternal misalnya masyarakat sekitar.
2. Perbaikan proses
Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia pendidikan. Warga sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan.
Sedangkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1.    Setiap orang memiliki pelanggan.
2.    Setiap orang bekerja dalam sebuah system.
3.    Semua sistem menunjukkan variasi.
4.    Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.
5.    Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.
6.    Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.
7.    Manajemen berdasarkan fakta dan data.
8.    Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.
Adapun syarat- syarat TQM agar dapat berlangsung di sekolah, yaitu:
1.      Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal..
2.      Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana pendidikan di sekolah tersebut.
3.      Memiliki wawasan jauh kedepan.
4.      Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.
5.      Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
6.      Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
7.      Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
8.      Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
9.      Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
10.  Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.
Sementar penerapan TQM di sekolah dapat digambarkan atau dilakukan pada hal-hal berikut :
·         Sistem pembiayaan (keuangan sekolah)
Pengelolaan pembiayaan di sekolah perlu untuk dilakukan, karena dengan pengelolaan keuang di sekolah secara baik dan transparan, dapat menumbuhkan tingkat kepercayaan dalam masyarakat. Keuangan merupakan hal yang sangat mendasar dan sangat rentan untuk mendapatkan sorotan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat. Masyarakat sering kali melakukan evaluasi terhadap keuangan sekolah, baik itu dana yang berasal dari pemerintah maupun dana insedental yang berasal dari siswa. Karena itu pengelolaan keuangan dengan menerapkan konsep TQM, yaitu pengelolaan mutu dengan mengedapankan transparansi dan menajemen fiskal yang baik, diharapkan mampu meningkatkan taraf kepercayaan masyarakat terhadap sekolah. Sehingga proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan baik tanpa adanya campur tangan dari masyarakat.

·         Manajemen proses belajar mengajar di kelas
Pendidikan adalah sesuatu yang baerkaitan dengan pembelajaran masyarakat. Jika TQM bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi penekanan pada mutu pelajar. Hal itu tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi kontribusi yang substansial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagian besar lembaga pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting baginya untuk memfokuskan diri pada aktifitas utama pembelajaran.
Lembaga pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran. Sehingga menciptakan strategi individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Siswa adalah pelanggan utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan siswa, maka dapat dikatakan bahwa lembaga pendidikan tersebut belum mencapai mutu terpadu.
Karena itu, pelaku pendidikan (guru) harus terus-menerus melakukan perbaikan guna menghasilkan mutu terpadu yang optimal. Seorang guru dituntut untuk senantiasa berinovasi dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa (pelanggan) dapat terlayani dengan baik dalam hal pendidikan, yang pada akhirnya lembaga pendidikan dapat mengikat pelanggan karena perbaikan yang dilakukannya melalui konsep TQM tersebut.

·         Pengelolaan nilai secara transparan
Tolok ukur dari keberhasilan proses belajar adalah prestasi belajar siswa yang tertuang dalam bentuk angka (nilai). Proses penilaian pada siswa umumnya mencakup tiga hal, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dalam memperoleh ukuran nilai dari ketiga hal tersebut, tentunnya setiap guru mempunyai desain penilaian tersendiri. Artinya rumusan yang digunakan untuk mendapatkan nilai akhir (nilai raport) dari setiap guru akan berbeda desain penilaiannya. Sehingga keseragaman nilai dalam satu sekolah tidak sama. Terlebih lagi, jika dalam sebuah sekolah terdapat guru yang ala kadarnya dalam pembuatan nilai. Hal ini akan menghadirkan ketidakpercayaan pada masyarakat  terhadap sekolah karena memberikan ketidakadilan pada siswa. Karena itu penerapan konsep TQM yaitu, pengelolaan nilai secara transparan dan akuntabel, serta perbaikan pengelolaannya secara terus-menerus akan memberikan kepuasan tersendiri kepada pelanggan pendidikan, dalam hal ini siswa dan masyarakat.

V.  KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan:
1.      TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi.
2.      Adapun penerapan TQM di sekolah dapat digambarkan sebagai berikut :
·         Sistem pembiayaan (iuran siswa)
·         Manajemen proses belajar mengajar di kelas
·         Pemetaan Daftar pelajaran dan
·         Pengelolaan nilai secara transparan






DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 1999, Penerapan TQM Dalam Dunia Pendidikan. http://pernikmagazine.wordpress.com

Anonim, 2010, TQM dan Implementasinya dalam Pendidikan, http://stait-jogja.info

Harjodipuro, Siswoyo, 1997. Total Quality Management

Sinambela, Ida, Dr, 2010, Pengelolaan Mutu Terpadu, Jurnal FMIPA-UNJ: Jakarta

Sudrajat, Akhmad, 2008, Penilaian Hasil Belajar Siswa, http://akhmadsudrajat.wordpress.com.





Sabtu, 16 Juni 2012