JAKARTA -
Pemerintah dalam hal ini Kemendikbud dinilai telah berhasil
meningkatkan kesejahteraan para pendidik. Para guru yang lulus ujian
sertifikasi dipastikan akan mendapat tunjangan profesi. Namun, guru
bersertifikat ternyata belum tentu berkualitas. Karena itu, mulai tahun
ini, pemerintah akan segera memberlakukan pengukuran kinerja guru
bersertifikat.
"Kami memang belum melakukan pengukuran secara utuh kinerja guru. Untuk
itu, saat ini kita sedang mempersiapkan pengukuran kinerja-kinerja dari
guru-guru yang sudah disertifikasi,"jelas Mendikbud Muhammad Nuh ditemui
usai raker bersama komisi X DPR di gedung DPR, Rabu (6/6).
Nuh menuturkan pihaknya menyiapkan beberapa instrumen untuk mengukur
kinerja para guru yang sudah lulus uji sertifikasi. Salah satu instrumen
yang menjadi indikator penilaian adalah absentism atau ketidakhadiran.
Menurut Mantan Menkominfo tersebut kehadiran guru sangat penting dan
memiliki dampak jangka panjang bagi proses belajar mengajar.
"Bisa dibayangkan kalau satu minggu, dia absen satu mata pelajaran.
Dalam sebulan, dia bisa absen empat jam. Hal itu akan merusak suasana
sekolah, guru absen, anak tidak ada yang mengajar. Akhirnya mereka bisa
lepas kendali. Absensi itu hal yang pokok,"jelasnya.
Mantan Rektor ITS tersebut melanjutkan, pengukuran kinerja tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa. Dia
mengungkapkan, dalam satu sekolah, meski para gurunya memiliki
sertifikat, kualitas tiap kelas berbeda.
"Nilai anak kelas A lebih baik dari kelas B. Padahal masing-masing
gurunya sama-sama dapat tunjangan sertifikasi. Karena itu, pengukuran
ini perlu. Dari sini, kita juga bisa mengukur keterlibatan guru dalam
kegiatan ekskul maupun berapat banyak guru yang melakukan
pendampingan,"urainya.
Untuk itu, Nuh memaparkan pihaknya tidak segan-segan menindak para guru
bersertifikat yang kinerjanya ternyata tidak baik. Dia sempat
menyinggung soal tunjangan profesi. Tidak menutup kemungkinan,
pemerintah akan mencabut tunjangan profesi guru yang bersangkutan. "Saya
bisa kasih tunjangan atau tidak ada tunjangan,"imbuh dia.
Ketika ditanya soal kemungkinan pengadaan mesin finger print untuk
absensi guru, Nuh mengatakan telah mengantisipasi hal tersebut. Dia
memastikan, meski pengukuran kinerja menyangkut soal absensi, tidak
perlu sampai mengadakan mesin absensi tersebut.
"Nanti kalau mau melakukan pengukuran kinerja dari absensi, lalu
dihubung-hubungkan dengan pengadaan mesin finger print. Padahal tidak,
kalau orang mau ngukur absensi guru kan bisa dilakukan dari siswa dan
kepala sekolahnya, tidak perlu sampai harus punya mesin finger
print,"jelasnya.
Selain pengukuran kinerja, bulan Juli mendatang pemerintah akan
menggelar uji ulang bagi guru yang sudah bersertifikat atau lulus
sertifikasi. Hal itu untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan guru
pascasertifikasi. Uji ulang tersebut juga menjadi sarana untuk
membangung kesadaran para guru untuk terus meningkatkan diri. Menurut
rencana sebanyak 1.020.000 guru akan dites ulang sebagai konsekuensi
atas peningkatan kualitas mengajar setelah mendapat pendapatan tambahan
dari tunjangan profesi.
Sumber
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar