Secara umum, manusia memiliki tiga potensi penting. Potensi
pertama adalah potensi fisik. Jika potensi ini mampu dikelola dengan baik,
Insya Allah, akan menjadi manusia yang kuat dan produktif. Potensi kedua adalah
akal, dan inilah yang membedakan kita dari makhluk Allah lainnya. Kendati
demikian, potensi akal juga bukanlah sesuatu yang dapat menentukan mulia atau
tidaknya seorang manusia. Jadi, apa yang bisa membuat orang mulia? Inilah
Potensi ketiga yang ada pada diri manusia yang tidak setiap orang mampu menjaga
serta mengembangkannya. Dialah yang dinamakan Hati atau Qalbu. Hati
inilah potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia.
Dengan hati yang hidup inilah orang yang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang
yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia. Dengan kebersihan hati, Insya
Allah, otak akan lebih cerdas, ide lebih brilian, dan gagasan pun lebih
cemerlang. Hati
merupakan pengendali diri manusia, manakala hatinya baik, maka ia
bisa mengendalikan dirinya kepada hal-hal yang baik, dan menahan
untuk berbuat kemungkaran. Namun banyak pula manusia yang kehidupannya tidak
terkendali, ia tergelincir kepada lembah kehinaan, karena hatinya telah
tertutup, tidak bisa melihat mana yang haq dan mana yang bathil. Hati adalah elemen terpenting dalam diri
manusia, karena dengan hati ini, manusia dilebihkan oleh Allah dari makhluk
Allah yang lainnya.
Betapa hati sangat berpengaruh dalam
kehidupan seseorang, sampai Allah memberikan penjelasan kepada kita, bahwa hati
manusia itu terbagi 3 bagian yang saling bertolak belakang satu dengan yang
lainnya, yaitu Qolbun mayyit (hati yang mati), Qolbun mariidh
(hati yang sakit), dan Qolbun saliim (hati yang sehat).
Qolbun mayyit (Hati Yang Mati)
Manusia yang memiliki tipe hati seperti ini adalah mereka yang tidak dapat lagi melihat mana yang benar dan mana yang
salah. Telinganya tuli, matanya sudah dibutakan dan semua panca indranya sudah
tidak berfungsi lagi, karena hatinya tidak dapat menunjukkan tugas
masing-masing indranya. Ia laksana mayat hidup yang hanya akan membuat
kerusakan di muka bumi. Nasehat-nasehat sudah tidak bisa didengarnya,
pelajaran-pelajaran sudah tidak dapat ia cerna untuk dilaksanakan, apalagi
berusaha memperbaiki diri sendiri, itulah tipe-tipe orang yang mengingkari
kekuasaan Allah. Hidupnya senantiasa dihabiskan untuk
kepentingan dunia, terpesona oleh keelokkan dunia. Tidak memahami darimana ia
berasal dan kemana ia akan kembali, serta tidak menyakini bahwa ada kehidupan
sesudah kehidupan dunia. Kehidupannya senantiasa
dihiasai dengan hal-hal kejahiliahan, perasaannya tidak tenang
manakala tidak melanggar aturan Allah, ia menganggap segala perbuatannya
tidak ada yang mengawasi sehingga bebas berbuat semaunya. Tak terpikirkan apakah perbuatannya itu akan
merugikan diri sendiri, terlebih lagi
orang lain. Golongan ini, tidak akan luluh dan senantiasa acuh jika diingatkan tentang
kebesaran Allah.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja
bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak
juga akan beriman [QS Al-Baqarah :6]
Mereka
cenderung membutakan diri terhadap ayat-ayat Allah. Mungkin ini yang dikatakan
Allah didalam surat Al-Baqarah ayat 7 dan Surat Yaasiin:9,
Allah telah mengunci-mati hati dan
pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang
amat berat [QS Al-Baqarah :7]
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding
dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga
mereka tidak dapat melihat [QS Yaasiin:9].
Qolbun mariidh (Hati Yang Sakit)
Manusia
yang tergolong dalam Qalbun Mariidh
adalah mereka yang hatinya selalu dipenuhi oleh sampah-sampah rohani dan kebusukan,
dengki dan benci, kikir, ataupun buruk sangka terhadap orang lain. Hatinya
selalu semarawut, kusam dan kusut. Ia bagaikan kamar mandi yang kumuh dan tidak
terpelihara. Lantainya penuh dengan kotoran. Lubang WC-nya masih belepotan sisa
kotoran. Dindingnya kotor dan kusam. Gayungnya bocor, kotor, dan berlendir
karena lumut. Pintunya tak berselot. Krannya susah diputar dan air pun sulit
untuk mengalir. Tak ada gantungan. Baunya membuat setiap orang yang
menghampirinya menutup hidung. Sudah pasti setiap orang enggan memasukinya.
Kalaupun ada yang sudi memasukinya, pastilah karena tak ada pilihan lain dan
dalam keadaan yang sangat terdesak. Itu pun seraya menutup hidung dan
menghindarkan pandangan sebisa mungkin. Golongan ini akan senantiasa tampak
resah dan gelisah. Hatinya dikotori dengan buruk sangka, tidak senang melihat
orang lain berbahagia, dendam kesumat, licik, tak mau kompromi, mudah
tersinggung, kikir, dan sampah hati lainnya yang terus menerus menumpuk, hingga
sulit untuk dibersihkan dan dihilangkan. Sungguh, orang yang berhati busuk
seperti itu akan mendapatkan kerugian yang berlipat-lipat. Tidak saja hatinya
yang selalu gelisah, namun juga orang lain yang melihatnya pun akan merasa
jijik dan tidak akan menaruh hormat sedikit pun juga. Ia akan dicibir dan
dilecehkan orang. Ia tidak akan disukai, sehingga sangat mungkin akan tersisih
dari pergaulan. Terlepas siapa orangnya. Apakah ia orang berilmu, berharta
banyak, pejabat atau siapapun; kalau berhati busuk, berhati sakit, niscaya akan
mendapat celaan dari masyarakat yang mengenalnya. Derajatnya pun mungkin akan
sama atau, bahkan, lebih hina dari pada apa yang dikeluarkan dari perutnya.
Bagi orang yang demikian, selain derajat kemuliannya, akan jatuh di hadapan
manusia, juga di hadapan Allah. Ini dikarenakan hari-harinya selalu diwarnai
dengan aneka perbuatan yang mengundang dosa. Allah tidak akan pernah berlaku
aniaya terhadap makhluk-makhluknya. Sesungguhnyalah apa yang didapatkan
seseorang itu, tidak bisa tidak, merupakan buah dari apa yang diusahakannya. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang
telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39). Karena itu, segeralah bertaubat
bagi mereka yang mempunyai hati yang sakit. Sungguh Allah Allah akan menambah
penyakit dalam hati kita, jika kita tidak mensegerakan diri untuk bertaubat
kjepada Allah.
Dalam hati mereka
ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang
pedih, disebabkan mereka berdusta [QS Al-Baqarah:10].
Qolbun saliim (Hati Yang Sehat)
Orang-orang
yang tergolong dalam golongan ini adalah mereka yang hatinya selalu terpelihara
dan tertata dengan baik, tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram
durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia
senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi
damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, senang dan menyenangkan,
tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun di dedaunan di pagi hari,
jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada
barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Dzat yang Maha
Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla. Hatinya selalu selalu dekat dengan
Allah. Melakukan perbuatan amaliyah hanya mengharapkan Ridho’ Allah, bukan
pujian terlebih lagi imbalan. Setiap detak jantungnya selalu ingat kepada
Allah. Selalu berbaik sangka kepada orang lain, lebih-lebih kepada Allah. Ia
yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan
merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut nama-Nya setiap saat, meyakini
dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun
dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan
senyuman dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah
hanyalah caranya yang salah dalam menghadapii masalah. Orang yang hatinya
tertata rapi adalah orang yang telah berhasil merintis jalan ke arah kebaikan.
Ia tidak akan tergoyahkan dengan aneka rayuan dunia yang tampak menggiurkan. Ia
akan melangkah pada jalan yang lurus. Dititinya tahapan kebaikan itu hingga
mencapai titik puncak. Sementara itu ia akan terus berusaha sekuat-kuatnya
untuk memelihara dirinya dari sikap riya, ujub, sum’ah dan perilaku rendah
lainnya. Oleh karenanya, surga sebaik-baik tempat kembali, tentulah telah
disediakan bagi kepulangannya ke yaumil akhir kelak. Bahkan ketika hidup
di dunia yang singkat ini pun ia akan menikmati buah dari segala amal baiknya.
Berbahagialah orang-orang yang tergolong kedalam golongan orang yang berhati
bersih, karena Allah akan selalu menjaga dan melindunginya baik didunia maupun
diakhirat kelak.
Dengan demikian, sungguh betapa beruntungnya orang yang senantiasa
bersungguh-sungguh membersihkan hatinya dari sampah-sampah hati, karena ia
telah menabung aneka kebaikan yang akan segera dipetik hasilnya dunia akhirat.
Sebaliknya alangkah malangnya orang yang selama hidupnya lalai dan membiarkan
hatinya kusut dan kotor. Karena, jangankan akhirat kelak, bahkan ketika hidup
di dunia pun nyaris tidak akan pernah merasakan kebahagiaan dan menikmati hidup
tenteram, nyaman, dan lapang.
Akhirnya,
marilah kita senantiasa mengevaluasi diri kita. Termasuk golongan manakah hati
kita ini. Qalbun Mayyit, Qalbun Mariidh, atau
Qalbun Saliim?. Jikalau hati kita
termasuk hati yang mati, maka banyaklah memohon ampun kepada Allah, karena
Allah lebih mengutamakan pintu ampunan daripada pintu adzab-Nya. Innallaha
ghafuururrahim, Sesungguhnya Allah maha pengampun. Karena itu yakinlah
bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, sekalipun sebesar gunung uhud.
Jikalau kita termasuk kedalam golongan manusia yang berhati sakit, maka
banyaklah mengingat Allah dan berdzikir kepada Allah. Karena sesungguhnya hanya
dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenang, Alaa bidzirillahi
tathmainnul quluub. Jangan pernah mengotori hati dengan riya’, ujub,
sum’ah, takabbur, iri, benci, dengki, hasut, atau buruk sangka kepada orang
lain terlebih kepada Allah. Ingatlah bahwa kita hidup dimuka bumi ini, sebagai
khalifah, penjada dan pelestari. Kita hidup bermasyarakat yang selalu
membutuhkan dan dibutuhkan orang lain, bukan sebagai pemangsa yang selalu memanfaatkan kelemahan orang lain. Dan bagi
golongan orang yang berhati sehat, maka senatiasalah bersyukur kepada Allah
atas hidayah dan karunia yang telah diberikan Allah, berupa kebersihan hati.
Karena tidak semua manusia mendapatkan kemuliaan berupa Qolbun saliim.
Tidak ada kenikmatan yang lebih berharga selain ketetapan iman dan Islam
didalam hati kita. Sungguh maha besar Allah yang telah memberikan kemulian
kepada hamba-hambaNya.
Marilah
kita senantiasa melatih diri untuk menyingkirkan segala penyebab yang potensial
menimbulkan ketidaknyamanan di dalam hati ini. Karena, dengan hati yang bersih,
indah, dan lapang, niscaya akan membuat hidup ini terasa damai, betapapun aneka
masalah mendatangi kita, sama sekali tidak akan pernah membuat diri ini
terjebak dalam kesulitan hidup, karena selalu mampu menemukan jalan keluar
terbaiknya, dengan izin Allah rabbul ‘alaamin. Insya Allah!
----- *** -----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar