banner
Cari disini
Jumat, 29 Juni 2012
Kamis, 21 Juni 2012
Fisika oh Fisika
Belajar Fisika
Masih basah dalam ingatanku (oh, puitisnya.. hiks2… ) pertama kali menikmati tempe goreng di flores. Seumur hidup belum pernah makan tempe, tiba-tiba disodorkan makanan asing… kebetulan waktu itu tinggal di asrama sekolah (masih SMA), jadi urusan kampung tengah ditangani oleh karyawan/I asrama. Tempe tersebut hanya digoreng saja… kata orang bijak, kesan pertama itu menentukan. Setelah menikmati tempe yang hanya digoreng saja (tanpa bumbu penyedap), tempe langsung masuk dalam kategori makanan yang diblack list. He2… setelah datang di yogya, seorang teman mengajak makan malam. Ngajak makan nasi tempe penyet… enak lho bro, katanya… emang di flores ada tempe gak ? enak apanya… maklum, waktu itu saja tidak terlalu menyukai tempe. Setelah menikmati tempe malam itu, kesan saya berubah. Ternyata tempe enak juga ya… Tempe sama, tapi rasanya beda ya… ketika dimasak karyawan/I asrama, tempe terasa hambar. Ketika dimasak oleh orang ibu pemilik warung sebelah kos2an, tempe terasa lezat… ternyata perbedaannya terletak pada bumbu penyedap dan cara mengolah tempe tersebut… kisah ini punya kemiripan dengan ilmu fisika… jadi sebenarnya persoalan utamanya terletak pada cara kita mengolah, memberikan bumbu penyedap secukupnya dan bagaimana cara kita menyajikannya kepada para siswa… dari dulu sampai sekarang, hukum newton tidak pernah berubah, demikian juga impuls dan momentum dan kawan-kawan… tapi kalau impuls dan momentum cuma “digoreng” saja, siswa bisa langsung memblack list pelajaran fisika. He2… sebagai seorang guru, setiap pokok bahasan fisika perlu diberi bumbu penyedap dan disajikan dengan penuh kasih sayang sehingga siswa langsung jatuh cinta dan selalu merindukan kelezatan ilmu fisika
Cara asyik yang gurumuda pakai dalam menyajikan ilmu fisika di blog ini sebenarnya merupakan cara alami… berikut ini beberapa tips yang gurumuda pakai :
Kesan pertama itu menentukan….
Teman-teman di jurusan psikologi mengatakan kesan pertama itu menentukan… seseorang langsung menyukai kita atau bisa membenci kita pada detik pertama pada pandangan pertama…. Kalau kita tersenyum, kemungkinan besar orang tersebut tersenyum kepada kita, tapi kalau kita tampak cuek bebek dan menatap penuh kebencian, bisa dipastikan orang tersebut langsung mempunyai kesan yang negative dengan kita… ilmu ini bisa kita terapkan dalam pembelajaran fisika. Alangkah baiknya jika kita mengawali pembelajaran fisika, baik secara langsung (di kelas) maupun secara tidak langsung (melalui tulisan, seperti yang gurumuda lakukan) dengan hal-hal yang menyenangkan… jangan belum apa-apa sudah dikasih rumus, latihan soal… siswa bisa langsung lemas tak berdaya… wah, rumus lagi, rumus lagi… CaPeDe… he2… mungkin mereka tampak serius mendengarkan kita, tapi dalam hati mereka mungkin jengkel dan bete… ih, sebel banget deh sama gurunya… gak ngerti banget sama perasaan muridnya. Hiks2…
Pancing rasa penasaran dan ingin tahu…
Pada dasarnya manusia punya rasa penasaran dan rasa ingin tahu yang tinggi… apalagi anak-anak dan remaja… rasa penasaran dan ingin tahu ini bisa bersifat positif atau negative. He2… tau aja… Nah, alangkah baiknya jika kita manfaatkan habis-habisan salah satu kelemahan dan kekuatan manusia ini dalam pembelajaran fisika. Karena gurumuda seorang blogger maka teknik ini diterapkan pada awal tulisan. Kalau pembelajaran dilakukan secara langsung (di kelas), sebaiknya diterapkan pada awal pembelajaran… Pada dasarnya ilmu fisika itu dekat dengan kehidupan kita. Karenanya bangkitkan saja rasa ingin tahu siswa dengan mempertanyakan fenomena alam atau penerapan teknologi yang punya kaitan dengan materi yang dipelajari… bikin siswa penasaran di situ…
Masuk kandang kambing mengembik, masuk kandang singa jangan berkokok…
Bagian ini sebenarnya berkaitan dengan bahasa kita gunakan. Bagi teman-teman guru yang masih bocah, tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa gaulnya para siswa… perbedaan usia belum terlalu jauh sehingga bisa terapkan teknik ini… nanti bisa diberi gelar guru gaul abiz oleh para siswa… he2… btw, tergantung juga kharakter seseorang. Kalau kocak seperti gurumuda, ya tidak menjadi masalah jika berbicara dengan siswa dengan bahasanya mereka, bahasa para remaja…
Gunakan bahasa yang sederhana…
Tujuan utama dari sebuah komunikasi adalah pembicara dan lawan bicara memahami apa yang dibicarakan. Gunakan bahasa yang sederhana dalam setiap pembelajaran, jangan gunakan bahasa yang “tinggi”… implementasi, analogi, eksistensi dkk sebaiknya ditiadakan… serahkan saja urusan bahasa kepada guru bahasa Indonesia. Tujuan kita di kelas adalah siswa paham materi fisika yang dipelajari… Tidak ada salahnya jika kita gunakan bahasa yang “tinggi” tapi sebaiknya diartikan juga, biar siswa paham… ingat bahwa kita sedang berhadapan dengan siswa SMA yang masih remaja, bukan seorang professor…
Penurunan rumus harus terperinci…
Tahapan penurunan rumus harus dipaparkan secara jelas… setelah A, lanjut ke B.. setelah B lanjut ke C. setelah C, lanjut ke D… dan seterusnya… Jangan setelah C langsung ke F… kalau siswa yang daya tangkapnya cepat bisa langsung paham, tapi siswa yang daya tangkapnya tidak terlalu cepat bisa macet di sini.
Tidak ada bayi yang baru lahir langsung lari…
Biasanya
bayi yang baru lahir cuma bisa tidur pasrah… makan disuapin, minum
apalagi… setelah puas tidur, bayi biasanya duduk… setelah duduk, bayi
merangkak, lalu berdiri. Setelah bisa berdiri, bayi mulai jalan-jalan.
Tahap yang terakhir adalah lari… ini adalah proses alamiah dilewati
manusia, mulai yang mudah dulu baru sulit… Kalau bayi baru bisa duduk,
kemudian dipaksa lari, ntar bayinya bisa stress… ih, ibu, bikin sebel
saja. Malas jalan ah… khan repot, sudah cape2, bayinya lumpuh…
Proses alamiah ini sebaiknya kita gunakan juga dalam pembelajaran fisika di kelas… berikan contoh soal yang mudah dulu, baru soal yang sulit… jangan belum apa-apa sudah dikasih soal yang sulit. Ini sama saja kita memaksa siswa untuk “lari”… siswa pasti bête abiz… syukur kalau siswa tidak membenci fisika hanya karena kelalaian ini. Seperti bayi tadi, siswa juga perlu melewati proses alamiah itu… berikanlah soal yang mudah dulu… setelah terbiasa dengan soal yang mudah, baru dilanjutkan ke soal yang sulit.. jadi pertahap. Gunakan angka-angka yang mudah, seperti 1, 2, 4. Ganti g = 9,8 m/s2 dengan g = 10 m/s2… para perancang game juga tahu hal ini. Kalau kita maen game, biasanya mulai dari level 1, setelah itu level 2, level 3 dan seterusnya…
Gunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa
Dalam menjelaskan materi tertentu, alangkah baiknya jika kita gunakan contoh yang dekat dengan kehidupan siswa. Misalnya ketika menjelaskan konsep torsi alias momen gaya, gunakan saja pintu rumah… semua siswa tahu pintu rumah. Kalau kita mengajar orang flores, jangan gunakan contoh kereta api, karena di flores tidak ada kereta api. Ntar siswanya pada gak nyambung… Ini hanya beberapa contoh saja…
Cuma ini saja beberapa sharing dari gurumuda. Punya tambahan ?
Senin, 18 Juni 2012
Makalah TQM
Gratis untuk diunduh. Link ibadah: LPYP
IMPLEMENTASI TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)
DALAM DUNIA PENDIDIKAN
* Heri Widiyantoro
NIM. Q.100.110.202 - PASCA UMS
I. LATARBELAKANG
Menurut sejarah, Frederick Taylor (seorang Amerika) yang sekaligus
diakui sebagai bapak manajemen, pada tahun 1920-an, mencetuskan gerakan Total
Quality Management (TQM). Kemudian pada tahun 1950 secara gencar Jepang
mengembangkan TQM untuk memperbaiki dan membangkitkan perekonomiannya, setelah
W. Edwards Deming mengajarkan salah satu penekanan dalam TQM, yaitu kualitas
kepada para ilmuwan, insinyur dan eksekutif perusahaan Jepang. Sejak tahun
1980-an TQM mulai sangat populer di dunia bisnis. Boleh dikatakan bahwa, TQM
lahir di Amerika Serikat kemudian dibesarkan di Jepang yang selanjutnya
berkembang di Amerika Utara dan Eropa.
Jepang meyakini bahwa, kunci pokok perusahaan-perusahaannya adalah
kualitas produknya. Oleh karena itu, secara terus menerus perusahaan-perusahaan
tersebut berusaha menciptakan infrastruktur sebagai dasar tercapainya kualitas,
yaitu aspek manusia, proses dan fasilitas. Selain itu, Jepang juga mengirimkan
para ahlinya ke luar negeri. Kenyataan menunjukkan bahwa, barang-barang produk
Jepang bisa melampaui kualitas yang diproduksi oleh negara barat, sehingga volume
ekspor industri Jepang sangat drastis peningkatannya.
Total Quality Management (TQM) atau dengan terjemahannya dalam
Bahasa Indonesia “Manajemen Kualitas Terpadu”, merupakan konsep yang
mengutamakan kualitas/mutu, tidak hanya
diterapkan dalam dunia bisnis atau industri, tetapi akhir-akhir ini juga telah
diterapkan dalam dunia pedidikan. “Customers’ satisfaction oriented”,
melalui optimalisasi dan aspek-aspek manajemen inilah yang menjadi obsesi dalam
penerapan TQM, sehingga pelanggan (costumer) akan merasa puas dengan
kualitas produk/jasa yang dihasilkan.
Memasuki
era otonomi yang baru, setiap sekolah baik swasta maupun negeri diharapkan
untuk bisa mandiri dan mampu untuk menggali potensi yang ada di dalam
sekolahnya. Suatu tantangan yang patut mendapat respon dari pihak penyelenggara
pendidikan negeri, agar di era otonomi mereka harus dapat mengoptimalkan
kinerja tanpa ketergantungannya pada pemerintah. Pihak sekolah harus
benar-benar menata kembali lembaga sekolah dengan manajemen modern dan profesional.
Sekolah negeri harus benar-benar inovatif memberdayakan potensi sekolah di
tengah masyarakat menampilkan produktivitas yang tinggi, sehingga
ketergantungan tersebut bisa dikurangi.
Sekolah
merupakan salah satu tumpuan untuk memperbaiki sumber daya manusia. Oleh karena
itu, sekolah merupakan tempat utama dalam memperbaiki kualitas dan persiapan
awal untuk menghadapi kompetisi yang ada pada zaman sekarang ini. Yaitu dengan
cara menciptakan manajemen sekolah yang baik dan berkwalitas, karena manajemen
sekolah adalah tempat untuk menciptakan kualitas dan keunggulan tersebut.
Manajemen sekolah akan terlaksana jika didukung dengan sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki kemampuan, integrasi dan kemauan yang tinggi. Dari sinilah
penerapan TQM yang memprioritaskan kehandalan mutu dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan guna menghasilkan kwalitas pendidikan terbaik.
II. RUMUSAN MASALAH
Adapun
rumusan masalah yang dapat disajikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud TQM ?
2.
Bagaimana
penerapan TQM di Sekolah ?
III. TUJUAN
Tujuan
dari makalah ini adalah:
1.
Mengetahui
pengertian TQM
2.
Mengetahui
penerapan TQM di sekolah
IV. PEMBAHASAN
A. Pengertian TQM
Konsep manjemen mutu terpadu (TQM) telah dikembangkan oleh Amerika, W.
Edwards Deming, setelah Perang Dunia II untuk meningkatkan mutu produksi
barang-barang dan jasa. Konsep ini tidaklah ditangani secara serius oleh
Orang Amerika, sampai tahun 1950 Jepang
mengadopsinya untuk menghidupkan industri dan bisnis setelah perang,
kemudian sekitar tahun 1980 Jepang dapat mendominasi pasar dunia. Pada waktu
itu pabrikan U.S. akhirnya mengakui model perakitan lini pabrik pada abad
yang kesembilan belas adalah ketinggalan jaman untuk pasar ekonomi global yang
modern.Konsep TQM dapat diaplikasikan pada dunia Pendidikan. Banyak pendidik
percaya bahwa Konsep TQM Deming's menyediakan prinsip-prinsip untuk
perubahan di bidang pendidikan. Di dalam artikel, " Revolusi mutu di
dalam Pendidikan," Yohanes Bonstingmenguraikan secara singkat prinsip TQM
yang ia percaya dapat merubah pendidikan. Iamenyebutnya " Empat pilar TQM
."
TQM
adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus pada kualitas dan
didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya manusia dan ditujukan
pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan dan memberikan
manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan masyarakat. TQM
juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan yang
memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus
terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input
yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan),
mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi
barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output).
Tujuan
utama Total Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara
terus-menerus. Dengan demikian, Quality Management sendiri yang harus
dilaksanakan secara terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu
terpadu atau TQM sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang akhirnya Koji
Kobayashi, salah satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang
mempopulerkan TQM, yang dilakukan saat memberikan pidato pada pemberian
penghargaan Deming Prize di tahun 1974.
TQM
dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity,
dan trust. Ini akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan
memberikan peluang bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses
pelaksanaannya. Ketiga elemen kunci pada grup ini akan membuka potensi TQM yang
luar biasa. Ketiganya berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang
berbeda dan saling melengkapi dalam TQM.
1)
Ethics
adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan hal-hal yang
dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan
yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan
dengan etika bisnis dan etika personal, etika dari individual SDM terhadap
perusahaan dan sesama SDM.
2)
Integrity
termasuk di dalamnya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan,
dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen
perusahaan terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa yang
konsumen harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen berdasarkan
nilai-nilai tersebut.
3)
Trust
adalah kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait
dengan perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan.
Jadi, kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang kooperatif terhadap TQM.
B.
Penerapan TQM di sekolah
Keberhasilan
penerapan TQM dalam dunia usaha/industri telah dijadikan inspirasi bagi
perbaikan kualitas di sektor atau bidang lainnya, termasuk bidang pendidikan.
Adopsi TQM di sektor industri, tidak jauh berbeda dengan apa yang diterapkan di
bidang pendidikan. TQM masuk dalam bidang pendidikan sekitar tahun 1980. Awal
mulanya TQM dilaksanakan di perguruan tinggi, dan mulai mengalami perkembangan
sekitar tahun 1990 di negara Inggris dan Amerika. Menurut Sallis, TQM dalam
pendidikan adalah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat
memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para pelanggannya, saat ini dan masa
yang akan datang. Serupa dengan Sallis, Syafaruddin berpendapat bahwa: Manajemen
mutu pendidikan merupakan aplikasi konsep manajemen mutu yang disesuaikan
dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa kemanusiaan (pembinaan
potensi pelajar) melalui pengembangan pembelajaran berkualitas, agar melahirkan
lulusan yang sesuai dengan harapan orangtua, masyarakat, dan pelanggan
pendidikan lainnya.
Lebih lanjut,
Schargel menegaskan bahwa total quality education is a process which
involves focusing on meeting and exceeding customer expectations, continuous
improvement, sharing responsibilities with employees, and reducing scrap and
rework (Syafaruddin, 2002:36). Mutu terpadu dalam pendidikan
dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian
kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian
tanggungjawab dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan
pengerjaan kembali (ulang).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat
dikaji, bahwa TQM dalam bidang pendidikan haruslah mengutamakan pemenuhan
kebutuhan pelanggan pendidikan dengan cara mengadakan perbaikan secara
berkesinambungan terhadap seluruh aspek spesifik yang ada dalam lembaga
pendidikan, terutama bidang kurikulum yang terkait dengan kegiatan
belajar-mengajar bagi siswa, dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan dan staf
yang ada dalam suatu lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah.
Keberhasilan lembaga pendidikan sebagai
organisasi dalam mencapai prestasi yang membanggakan tidaklah diperoleh dengan
begitu saja, tetapi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pendukungnya,
diantaranya adalah sumber daya manusia yang handal, fasilitas yang mendukung dan sistem pengelolaan manjemen. Ketiga
faktor tersebut yang paling berpengaruh adalah pengelolaan manajemen sekolah,
karena dengan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, sistem pendidikan dapat
berjalan dengan baik, walaupun SDM yang tersedia dan fasilitas yang ada kurang
memadai.
Konsep manajerial di sekolah dapat menggunakan
konsep TQM yang dapat diterapkan dalam 3 hal yaitu dalam hal pembiayaan, administrasi kurikulum dan proses belajar
mengajar di kelas. Para ahli mengembangkan suatu model sederhana untuk
mengimplementasikan TQM (Manajemen Mutu Terpadu) di sekolah. Model tersebut
terdiri dari komponen-komponen berikut :
Tujuan
|
:
|
Perbaikan terus menerus, artinya
mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
|
Prinsip
|
:
|
Fokus pada pelanggan, perbaikan
proses dan keterlibatan total.
|
Elemen
|
:
|
Kepemimpinan, pendidikan dan
pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta
pengukuran.
|
Model di atas dibentuk berdasarkan tiga
prinsip TQM yaitu :
1. Fokus pada pelanggan
Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan
pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan
dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Pelanggan internal (di dalam organisasi
sekolah)
- Pelanggan eksternal (di luar organisasi
sekolah)
Organisasi
dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam
arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang
memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru
dan guru selalu menanggapi keinginan siswa, begitu pula pada pelanggan
eksternal misalnya masyarakat sekitar.
2. Perbaikan proses
Konsep
perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan)
langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perhatian
secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting
untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan
pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti
bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang
diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat
diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses
tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi
puas.
3. Keterlibatan total
Pendekatan
ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dalam hal ini
kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua warga sekolah
untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia
pendidikan. Warga sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui
kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan
persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan.
Sedangkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri
dari 8 butir, sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki
pelanggan.
2. Setiap orang bekerja
dalam sebuah system.
3. Semua sistem
menunjukkan variasi.
4. Mutu bukan pengeluaran
biaya tetapi investasi.
5. Peningkatan mutu harus
dilakukan sesuai perencanaan.
6. Peningkatan mutu harus
menjadi pandangan hidup.
7. Manajemen berdasarkan
fakta dan data.
8. Fokus pengendalian
(control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.
Adapun syarat- syarat TQM agar dapat berlangsung di
sekolah, yaitu:
1.
Sekolah harus secara terus menerus
melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga dapat memuaskan para
pelanggan baik eksternal maupun internal..
2.
Memberikan kepuasan kepada warga
sekolah, komite sekolah, penyumbang dana pendidikan di sekolah tersebut.
3.
Memiliki wawasan jauh kedepan.
4.
Fokus utama ditujukan pada proses,
kemudian baru menyusul hasil.
5.
Menciptakan kondisi di mana setiap
warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.
6.
Ciptakan kepemimpinan yang
berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga sekolah bukan dengan cara
otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.
7.
Rela memberikan ganjaran, pengakuan
bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat
salah.
8.
Setiap keputusan harus berdasarkan
pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.
9.
Setiap langkah kegiatan harus selalu
terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
10. Program
pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan
mutu.
Sementar penerapan TQM di sekolah dapat digambarkan atau dilakukan
pada hal-hal berikut :
·
Sistem
pembiayaan (keuangan sekolah)
Pengelolaan pembiayaan di sekolah perlu untuk dilakukan, karena dengan
pengelolaan keuang di sekolah secara baik dan transparan, dapat menumbuhkan
tingkat kepercayaan dalam masyarakat. Keuangan merupakan hal yang sangat
mendasar dan sangat rentan untuk mendapatkan sorotan dari berbagai pihak,
termasuk masyarakat. Masyarakat sering kali melakukan evaluasi terhadap keuangan
sekolah, baik itu dana yang berasal dari pemerintah maupun dana insedental yang
berasal dari siswa. Karena itu pengelolaan keuangan dengan menerapkan konsep
TQM, yaitu pengelolaan mutu dengan mengedapankan transparansi dan menajemen
fiskal yang baik, diharapkan mampu meningkatkan taraf kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah. Sehingga proses pembelajaran di sekolah dapat berjalan dengan
baik tanpa adanya campur tangan dari masyarakat.
·
Manajemen
proses belajar mengajar di kelas
Pendidikan
adalah sesuatu yang baerkaitan dengan pembelajaran masyarakat. Jika TQM
bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan, maka ia harus memberi
penekanan pada mutu pelajar. Hal itu tidak akan terwujud jika TQM tidak memberi
kontribusi yang substansial bagi mutu dalam pendidikan. Pada saat sebagian
besar lembaga pendidikan dituntut untuk mengerjakan lebih baik lagi, penting
baginya untuk memfokuskan diri pada aktifitas utama pembelajaran.
Lembaga
pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius
isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran. Sehingga menciptakan strategi
individualisasi dan diferensiasi dalam pembelajaran. Siswa adalah pelanggan
utama, dan jika model pembelajaran tidak memenuhi kebutuhan siswa, maka dapat
dikatakan bahwa lembaga pendidikan tersebut belum mencapai mutu terpadu.
Karena itu, pelaku pendidikan (guru) harus terus-menerus melakukan
perbaikan guna menghasilkan mutu terpadu yang optimal. Seorang guru dituntut
untuk senantiasa berinovasi dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa
(pelanggan) dapat terlayani dengan baik dalam hal pendidikan, yang pada
akhirnya lembaga pendidikan dapat mengikat pelanggan karena perbaikan yang
dilakukannya melalui konsep TQM tersebut.
·
Pengelolaan
nilai secara transparan
Tolok ukur dari keberhasilan proses belajar adalah prestasi belajar
siswa yang tertuang dalam bentuk angka (nilai). Proses penilaian pada siswa
umumnya mencakup tiga hal, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dalam
memperoleh ukuran nilai dari ketiga hal tersebut, tentunnya setiap guru
mempunyai desain penilaian tersendiri. Artinya rumusan yang digunakan untuk
mendapatkan nilai akhir (nilai raport) dari setiap guru akan berbeda desain
penilaiannya. Sehingga keseragaman nilai dalam satu sekolah tidak sama. Terlebih
lagi, jika dalam sebuah sekolah terdapat guru yang ala kadarnya dalam pembuatan
nilai. Hal ini akan menghadirkan ketidakpercayaan pada masyarakat terhadap sekolah karena memberikan
ketidakadilan pada siswa. Karena itu penerapan konsep TQM yaitu, pengelolaan
nilai secara transparan dan akuntabel, serta perbaikan pengelolaannya secara
terus-menerus akan memberikan kepuasan tersendiri kepada pelanggan pendidikan,
dalam hal ini siswa dan masyarakat.
V. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan:
1. TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi, berfokus
pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber daya
manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan pelanggan
dan memberikan manfaat pada anggota, organisasi (sumber daya manusianya) dan
masyarakat. TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi pelanggan
yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus
menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi.
2. Adapun penerapan TQM di sekolah dapat digambarkan sebagai berikut :
·
Sistem
pembiayaan (iuran siswa)
·
Manajemen
proses belajar mengajar di kelas
·
Pemetaan
Daftar pelajaran dan
·
Pengelolaan
nilai secara transparan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1999, Penerapan TQM Dalam Dunia Pendidikan. http://pernikmagazine.wordpress.com
Anonim, 2010, TQM dan Implementasinya dalam Pendidikan, http://stait-jogja.info
Harjodipuro, Siswoyo, 1997. Total Quality Management
Sinambela, Ida, Dr, 2010, Pengelolaan Mutu Terpadu, Jurnal
FMIPA-UNJ: Jakarta
Sabtu, 16 Juni 2012
Langganan:
Postingan (Atom)